Rabu, 03 September 2014

Menyikapi Masa Depan Menurut Pemberitaan Nabi Akhir Zaman

Sesungguhnya Allah Penguasa Seluruh Alam memiliki hukum sebab-akibat bersifat konsisten yang biasa disebut "sunnatullah". Termasuk dalam sunnatullah adalah bahwa Allah menjadikan kekuasaan dan kemenangan di bumi bagi hamba-hambaNya yang mengimani dan menolong agamaNya (al-Islam) baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan serta mengikuti jejak dan tuntunan Rasulullah . Sunnatullah ini pasti terwujud, sebagaimana firman Allah yang artinya, " ..Dan sesunguhnya Allah benar-benar menolong orang yang menolong agamaNya . Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS Alhajj : 40). Menang dan kalahpun termasuk sunnatullah yang dipergilirkan diantara manusia (QS 3 : 140). Kemenangan orang-orang beriman dilandasi ridhoNya dan kemenangan orang-orang kafir dilandasi kemurkaanNya.
Karenanya , ketika ada sekelompok orang-orang beriman yang menjadikan Al-Quran sebagai sumber dari segala hukum dan aturan, menjadikan Al-Hadits sebagai tuntunan dengan tidak merubah dan / atau mencampurinya dengan undang-undang sekuler hasil murni pemikiran dan aspirasi manusia serta tidak lancang terhadap Allah dan RasulNya, mereka berjuang dengan ikhlas; dimana lisan faktual mereka mengatakan " bagiMu Rabbi jiwa, raga dan harta kami", bukan berjuang untuk membela nasionalisme, demokrasi, kepartian atau kemanusiaan. Fokus perjuangan mereka hanya pada perjuangan mengunggulkan ideologi Laa Ilaaha Illallaah. Ketika itulah, Allah pasti menganugerahkan kepada mereka kemenangan dan kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan menurut konsep Islam (pemerintahan kekhalifahan) berupa Negara Adidaya tanpa batas geo-politis. Alhamdulillah, gejala ini mulai tampak pada masa kita sekarang ini dan cocok dengan berita masa depan (tanabbuat) yang pernah disampaikan oleh Rasulullah sebagai salah satu tanda akhir zaman (menjelang kiamatnya kehidupan dunia).
Seperti hadits berikut ini:
Hadits riwayat Imam Ahmad dalam musnad Imam Ahmad bin Hanbal no. urut 18430, dishahihkan oleh Al-Iraqi dan disepakati oleh Al-Albani, dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra bahwa Rasululullah  bersabda" Datang zaman nubuwah (kenabian) pada kalian selama yang Allah kehendaki, kemudian Dia mencabutnya apabila Dia menghendaki, kemudian datang zaman khilafah (kekhalifahan) menurut cara kenabian ('ala minhaj an-nubuwah) selama yang Allah kehendaki, kemudian Dia mencabutnya apabila Dia menghendaki, kemudian datang zaman kerajaan yang kuat selama yang Allah kehendaki, kemudian Dia mencabutnya apabila Dia menghendaki, kemudian datang zaman kerajaan diktator (pemerintahan bersifat memaksa dan kejam) selama yang Dia kehendaki, kemudian Dia mencabutnya apabila Dia menghendaki, kemudian datang (lagi) khilafah 'ala minhaj an-nubuwah", kemudian dia (Rasululullah ) diam (berhenti bersabda).
Dimanakah pusat pemerintahan kekhalifahan akhir zaman?
Pemerintahan kekhalifahan akhir zaman akan berpusat di Baitul-Maqdis, Palestina. Berita masa depan (tanabbuat) ini berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad, Hakim, Abu Daud, dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam kitabnya " Shahih Al-Jami'" bahwa Rasulullah meletakkan salah satu tangannya di kepala seorang shahabi bernama Abdullah bin Hawalah dan bersabda-antara lain-," Wahai putra Hawalah, apabila engkau melihat kekhalifahan telah turun di Baitul-Maqdis, maka telah dekat masa gempa, kesedihan dan perkara-perkara besar (tanda-tanda menjelang kiamat kubra) dan kiamat pada waktu itu lebih dekat kepada manusia daripad tanganku yang berada diatas kepalamu ini."
Apakah khilafah 'ala minhaj an-nubuwah jilid-2 mengandung pengertian akan ada beberapa khalifah sebagaimana khilafah 'ala minhaj an-nubuwah jilid -1?
Menurut dirayat (pemahaman) bisa ya dan bisa tidak. Ya, karena Rasulullah menyebutkan kata khilafah yang berarti jabatannya bukan kata khalifah yang berarti pejabatnya. Bisa juga tidak, karena ada beberapa riwayat hadits yang telah diteliti keshahihannya dijadikan dalil bahwa khilafah 'ala minhaj an-nubuwah akhir zaman hanya dijabat oleh satu khalifah, yaitu Khalifah Al-Mahdi atau lebih terkenal dengan sebutan Imam Mahdi.
Akibatnya, dalam masalah ini ada dua mazhab yaitu satu mazhab mengatakan bahwa bisa terjadi ada beberapa khalifah sebelum Imam Mahdi. Mazhab ini mendasarkan alasannya pada hadits riwayat Ibnu Majah dalam kitab sunan Ibnu Majah, no 4084, Al-Bazzar dalam Al-musnad (2/120), Ar-Ruwayni, no 609, Al-Hakim, (4/510) dan dari jalur riwayat Al-Baihaqi dalam dalail an-nubuwah (6/515). Dalam hadits tersebut diriwayatkan bahwa Tsauban mengatakan sesungguhnya Rasulullah  bersabda," Akan saling (berusaha) membunuh di tempat perbendaharaan kalian ini (Mekkah) tiga orang, semuanya putra seorang khalifah (untuk memperebutkan kekuasaan politik). Kemudian (ternyata kekuasaan) tersebut tidak bisa diraih oleh seorangpun dari mereka. Kemudian muncul (pasukan) bendera hitam dari arah timur. Lalu mereka membunuhi kalian dengan pembunuhan yang belum pernah dilakukan oleh kaum sebelum mereka. Kemudian dia menyabdakan sesuatu tapi akau tidak hafal. Lalu dia bersabda," Maka apabila kalian melihatnya, bai'atlah dia walupun kalian harus merangkak diatas es. Sesunguhnya dia adalah Khalifah Allah Al-Mahdi."
Kesimpulan hasil verifikasi para ahli hadits terhadap hadits ini adalah bahwa hadits ini shahih.
Hasil pemahaman: Difahami oleh kelompok mazhab pertama ini bahwa akan ada tiga putra seorang khalifah yang berusaha untuk saling membunuh. Artinya, jelas bahwa "Khalifah" tersebut adalah Khalifah sebelum Imam Mahdi.
Bantahan: Oleh kelompok mazhab kedua dibantah bahwa kalau khalifah tersebut adalah khalifah 'ala minhaj an-nubuwah tidak mungkin terlahir dari mereka putra-putra yang berambisi untuk saling membunuh dalam rangka berebut kekuasaan warisan sang ayah. Artinya bertentangan dengan hadits " kemudian datang zaman khilafah 'ala minhaj an-nubuwah yang Allah datangkan setelah zaman penuh kezaliman dan kekejaman" (Lih HR Abu Daud dari Abu Said Al-Khudri, no 6)
Secara syar'i, apa hukum mendirikan khilafah Islamiyah sambil menunggu kedatangan khilafah 'ala minhaj an-nubuwah?
Pada dasarnya, umat Islam adalah ummatan wahidah (satu umat) sebagaimana firman Allah, yang artinya,"Dan sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku oleh kalian." (QS 23: 52). Sebagai umat yang sangat besar jumlahnya yang diwajibkan untuk bersatu dibawah panji LAA ILAAHA ILLALLAH-MUHAMMAD RASULULLAH serta dilarang untuk bercerai berai, pasti membutuhkan pemimpin (khalifah / imam / amir) untuk melaksanakan aturan Allah terkait kehidupan berumat; sehingga mendirikan institusi berdasarkan konstitusi Islam adalah kewajibin dan kebutuhan. Dalam hal ini para ulama ahlusunnah bersepakat bahwa mengangkat imam / khalifah dalam setiap zaman adalah wajib kifayah (Lih. Al-Jami' li ahkam Al-Qur'an 1/264 dan Al ahkaam as sulthaniyah karya Imam Al-Mawardi).
Kembali kepada masalah  pusat pemerintahan kehalifahan yaitu Baitul-Maqdis (Palestina) yang sekarang sedang dikuasai oleh Israel Zionis, bagaimana akhir sejarah mereka sehingga kemudian Baitul-Maqdis menjadi pusat pemerintahan kekhalifahan?  
Analisis bagaimana akhir sejarah Israel difahamai oleh ahli tafsir kontemporer dari Al-Quran, seperti surat Al-Isra' ayat 4 s/d 7, " Dan Kami telah tetapkan bagi Bani Israil dalam kitab (Taurat) bahwa kalian (wahai Bani Israil) sungguh benar-benar akan melakukan kerusakan sebanyak dua kali dan kalian sungguh benar-benar akan menyombongkan diri dengan kesombongan besar. Maka apabila telah datang masa hukuman atas (kejahatan melakukan) kerusakan yang pertama (dari dua kerusakan), Kami utus (untuk menghancurkan) kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang sangat kuat, mereka menguasai negeri secara leluasa. Dan (peristiwa itu) adalah janji yang pasti terlaksana. Kemudian kami gilirkan kepada kalian (Bani Israil) untuk mengalahkan mereka, Kami anugerahkan kepada kalian harta dan anak (keturunan) dan Kami jadikan kalian orang yang paling banyak pendukungnya. Jika kalian (Bani Israil) berbuat baik, kalian berbuat baik untuk diri kalian sendiri dan jika kalian berbuat jahat maka kejahatan itu kembali kepada kalian sendiri. Lalu apabila telah datang masa hukuman atas (kejahatan melakukan) kerusakan yang kedua (menjelang masa akherat), (Kami utus kembali hamba-hamba Kami untuk menghancurkan kalian) supaya meraka menyuramkan wajah-wajah kalian (kecewa berat atas kekalahan) dan supaya mereka mereka memasukaki masjid (Al-Aqsha-Baitul Maqdis yang kalian kuasai) sebagaimana mereka pernah memasukinya (menguasainya) pertama kali dahulu dan supaya mereka bener-benar menghancurkan apa saja yang mereka kuasai atas kalian".
Surat Al-Israa' atau dinamakan juga surat Bani Israil ini diawali dengan informasi adanya hubungan antara Masjid Al-Haram (Mekkah) dengan Masjid Al-Aqsha ( Baitul Maqdis-Palestina) sebagai isyarat kesejarahan bahwa suatu saat Masjid Al-Aqsha akan direbut oleh kaum kafirin (Israel) dari kaum Muslimin. Mukjizat kesejarahan ini telah, sedang dan akan berlangsung sampai berakhirnya kehidupan manusia di permukaan bumi.
Kami memahaminya bahwa peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam ayat-ayat ini berlangsung di zaman Islam berdasarkan kenabian Muhammad   . Yaitu setelah mereka membatalkan perjanjian yang Allah ambil dari mereka sebagaimana yang tercantum dalam kitab At-Taurat; dimana mereka berjanji akan menjadi pengikut nabi akhir zaman yang sifat-sifatnya tercantum didalam kitab mereka (At-Taurat).
Karena mereka tidak melaksanakan janji untuk mengikuti Nabi Muhammad  maka sebagai akibat atau hukuman, Allah menetapkan bahwa mereka sungguh benar-benar akan melakukan kerusakan di bumi sebanyak dua kali. Kerusakan kedua  atau terakhir menjelang kiamat yang lalu disusul dengan alam akhirat tersirat dalam firman Allah " wa'dul aakhirah" yang artinya "masa hukuman atas (kejahatan melakukan) kerusakan yang kedua (menjelang masa akherat)" disertai dengan kesombongan besar Bani Israil karena mereka memiliki keunggulan berupa keturunan, keuangan, persenjataan dan dukungan dari berbagai Negara (menurut fakta sejarah kontemporer) terutama Amerika Serikat. Melalui kerusakan besar-besaran ini mereka akan menguasai Baitul Maqdis  beberapa waktu tapi kemudian dapat direbut kembali oleh kaum muslimin. Kemudian kaum muslimin akan memerangi mereka secara menakjubkan dengan izin Allah, sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim no. 7523 :
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah bersabda,"Tidak akan terjadi kiamat sehingga (baca sebelum) kaum muslimin memerangi kaum yahudi (Israel) sehingga (baca walaupun) seorang yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon. Batu atau pohon itu akan berkata (berbicara)," Wahai Muslim, wahai hamba Allah ini ada yahudi di belakangku kemarilah lalu bunuhlah dia! Kecuali pohon ghorqod karena sesungguhnya dia adalah termasuk pohon orang yahudi".
Berita masa depan berdasarkan kenabian Muhammad ini tidak boleh dianggap sama dengan ramalan paranormal, bisa benar dan bisa juga salah. Berita masa depan seperti ini wajib diyakini sepenuhnya sebagai bagian integral dari aqidah setiap Muslim yang ingin selamat di dunia dan ingin selamat di akherat. Namun kita kita tidak dituntut meyakini hakikat aktualnya yang sedang terjadi pada masa sekarang sebagai kepastian final, seperti peristiwa aktual yang sedang terjadi di Palestina, Iraq dan Syam (ISIS) secara pasti dan meyakinkan adalah perwujudan dari berita dalam Al Quran dan Al Hadits; sehingga kita pastikan bahwa dalam beberapa tahun kedepan setelah Israel menguasai Baitul Maqdis selanjutnya mereka akan diperangi oleh tentara ISIS dan Baitul Maqdis kembali direbut lalu Israel akan terjadi genosida terhadap Israel. Pada saat itu berdirilah khilafah 'ala minhaj an nubuwah. Kasus-kasus atau peristiwa-peristiwa seperti ini membutuhkan kecermatan sehingga TIDAK MUDAH MENOLAK DAN TIDAK MUDAH MENERIMA, TELITI SEBELUM "MEMBELI".
Yang pasti wajib diyakini adalah bahwa peristiwa-peristiwa masa depan telah diberitakan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits berhikmah untuk menguji keimanan kaum mukminin, karena hidup adalah UJIAN (Usahakan Jangan Ikuti Ajakan Nafsu).      
[Diolah dari berbagai sumber].